Senin, 20 Februari 2012

Kami ingin panutan, bukan slogan!



Masih ingatkah dengan slogan ‘cintai produk Indonesia”, apakah itu cuma sekedar slogan. Pastilah dari slogan itu menyimpan makna dan tujuan yang besar, slogan ini sudah lama saya dengar dari sekolah dasar sampai sekarang, tapi faktanya hanya digembar-gemborkan di televise radio dan reklame di pinggir jalan. Antusiasme pemerintah khususnya kementrian perdagangan menyemarakan slogan ini sangatlah besar, yang memiliki tujuan agar masyarakat luas membeli produk dalam negeri daripada produk luar negeri karena dengan membeli barang dalam negeri dapat meningkatkan industri dalam negeri, menyedot banyak tenaga kerja, meningkatkan kemakmuran bangsa, sayangnya rasa memiliki masyarakat terhadap produk Indonesia sangatlah kurang, kebanyakan menganggap bahwa produk luar lebih prestige dari produk nasional, padahal kualitas barang barang dalam negeri tidak jauh berbeda dengan produk luar. Contohnya laptop,dalam negeri sendiri ada Advan, Byoon, Forsa, Zyrex yang tidak kalah bagusnya dengan laptop merek Compac, Toshiba, Acer. Barang elektronik dalam negeri ada Polytron yang tidak kalah dengan LG, Sony. Sepeda listrik Betrix (Bebek listrik) tidak kalah dengan sepeda listrik buatan China, dalam industri mobil ada GEA, Komodo, Tawon, apalagi Mobil Kiat Esemka Rajawali yang baru naik daun tidak kalah menariknya dengan Toyota Rush. Sepeda motor ada Kanzen yang tidak kalah enaknya dengan Yamaha ataupun Honda. Contoh lagi garam, garam nasional yang tidak kalah asinnya dengan garam impor. Dan masih banyak lagi barang buatan anak negeri yang tidak kalah dengan barang asing. Sungguh memprihatinkan, ketika barang negri pun sudah tidak dianggap atau kurang dipedulikan lagi, padahal kualitas mereka tidak jauh berbeda malahan dijual dengan harga lebih miring.
Ditambah gempuran barang barang cina yang masuk ke Indonesia, dengan adanya perdagangan bebas cina indonesia menambah semakin kecilnya peluang industri dalam negeri untuk bersaing dengan produk luar negeri, kejadian ini membuat defisit nilai ekspor dari pada impor sehingga butuh usaha untuk menekan impor barang agar tidak melebihi jumlah ekspor barang.

Keadaan berbanding terbalik pada Negara korea, rakyat korea lebih cinta terhadap produk negaranya sendiri seperti Hyundai dan KIA dari pada Mercedes Benz atau BMW, bisa kita lihat di korea mobil Hyundai dan KIA mendominasi, inilah yang menjadikan mereka para pengusaha korea berani mengekspor barang barang mereka, karena di Negara sendiri sudah dipercaya kualitasnya.

Maka harus ditekankan pada pemerintah terutama kementrian perdanganan yang sebagai pioneer pemerintahan Indonesia dalam bidang usaha untuk selalu memajukan dan mendukung produksi dalam negeri.
Seringkali di televise atau di koran meliput pejabat maupun istrinya suka membeli barang barang mewah yang berasal dari luar negeri, apalagi para wakil rakyat yang getol dengan beberapa fasilitas mewah, gonta-ganti mobil mewah luar negeri, memang tidak ada yang melarang untuk berganti ganti mobil, tapi mereka itu representative rakyat yang harusnya sadar dan mendukung program yang digagas untuk kemakmuran rakyat dengan menggunakan produk dalam negeri. Contohnya kemaren setelah pembentukan kabinet Indonesia bersatu jilid II, munculnya mobil baru untuk menteri yang terpilih diberikan mobil dinas Chamry V6 yang harganya selangit bahkan 6 kali harga mobil nasional. Ini sangat memboroskan anggaran, mereka tidak tahu seberapa berat penderitaan rakyat tapi mereka malah menikmati angin di pucuk sana.

Apalagi pernah salah satu wartawan memotret sepatu para pejabat dan menteri yang menghadiri acara di istana Negara pada tahun 2008, dari hasil foto tersebut banyak pejabat DPR dan menteri masih menggunakan sepatu sepatu buatan luar negeri. Berbeda dengan bapak jusuf kalla yang waktu itu beliau selalu menggunakan sepatu produk dalam negeri, sempat saya mengutip perkataan beliau “penggunaan produk dalam negeri harus dimulai dari para pemimpin negeri ini jika ingin sukses implementasinya di masyarakat”. Perlulah usaha untuk mempromosikan barang dalam negeri ke masyarakat. Dari pemerintah sendiri selalu mempublikasikan slogan-slogan “cintai produk Indonesia’ tapi dalam kenyataan, pejabat ataupun yang berkuasa tidak mencontohkan apa yang mereka instruksikan sehingga slogan slogan yang mereka buat hanya sekedar angin lalu. Petingnya panutan inilah yang akan mendongkrak masyarakat untuk membeli barang barang dalam negeri. Seperti pepatah jawa” obah ngarep kobet mburi”, Pepatah ini mengandaikan suatu gerakan atau aktivitas yang dilakukan oleh barisan. Jika barisan di depan bergerak atau maju (dengan baik), maka barisan bagian belakangnya akan dapat bergerak dengan leluasa. Akan tetapi jika barisan bagian depan gerak atau majunya lamban, seret, atau bahkan tidak bergerak, maka barisan bagian belakang akan terhambat juga geraknya. Seperti juga apa yang telah dilakukan pemimpin pasti akan menginspirasi rakyatnya sehingga rakyatnya akan meniru apa yang dilakukan pemimpin tersebut.

Seperti yang telah dilakukan Walikota Solo Bapak Joko Widodo yang biasa dipanggil pak jokowi. Beliau sangat mendukung dengan adanya slogan “cintai produk Indonesia” bukti nyata dari beliau adalah mengganti mobil dinasnya Chamry dengan mobil nasional rakitan anak SMK Surakarta dengan nama Kiat Esemka Rajawali, bukannya membuat sensasi tapi inilah teladan yang sangat dicari di negeri ini tidak seperti pejabat yang lain menikmati jabatan serta membiarkan beberapa proyek mengalir begitu saja tanpa inovasi dan contoh dari figur pemimpin, selain itu, beliau juga mempromosikan mobil-mobil tersebut kepada pejabat pejabat. Sehingga banyak para pejabat mulai melirik mobil nasional tersebut, entah memang senang atau pencitraan kepada rakyat.

Seperti inilah seharusnya para pejabat yang berkuas meniru apa yang telah dilakukan pak Jokowi, semoga tidak cuma mobil tapi juga produk dalam negeri yang lain. Seandainya semua pejabat melakukan apa yang dilakukan pak jokowi mungkin Negara Indonesia akan makmur dengan bermacam macam ide, inovasi dan menjadikan dirinya sebagai teladan bagi rakyatnya.

Jangan sampai para pejabat yang berkuasa itu seperti pribahasa pagar makan tanaman,yang seharusnya pemimpin adalah pelindung untuk rakyatnya, melindungi apapun, kekerasan, peperangan, kerusuhan, sampai usaha rakyat tapi malah menikmati kemewahan diatas penderitaan rakyatnya, menggembar-gemborkan proyek kerjanya tanpa memberikan contoh. Tidak mendukung tapi malah membiarkan bangkrut.

Dan perlu diperhatikan bukan berarti langsung mengganti semua mobil dinas yang ada dengan mobil nasional, itu akan menimbulkan keborosan dalam anggaran kecuali membeli sendiri tanpa anggaran pemerintah. karena sudah terlanjur pemerintah membeli mobi-mobil buatan luar untuk mobil dinas. Salah satu caranya adalah membuat peraturan atau undang undang dalam pengadaan barang pemerintahan (seperti laptop, mobil, sepeda motor) mengharuskan menggunakan produk dalam negeri, jadi untuk tahun tahun berikutnya jika ada pemerintah pusat ataupun daerah yang menganggarkan belanja barang dinas harus menggunakan barang produksi dalam negeri. Kalau hal ini sudah terlaksana tinggalah berinovasi membuat transportasi umum dengan bus bus nasional, sehingga kita tidak perlu mendatang bus dari luar negeri.

Dengan begini siapapun yang menjabat akan mendukung program cintai produk Indonesia. Dan industri barang dalam negeri akan meningkat,serta masyarakat akan mencontoh apa yang dilakukan pemimpinnya. Memang yang kita harapkan adalah panutan, bukan slogan.


Li'ilzam Nuur

1 komentar: