Selasa, 10 Januari 2012

Mataku Hatiku

Bismillahirrohman nirrohim

Mata adalah penuntun dan hati adalah pendorong dan penuntut. Yang pertama memiliki kenikmatan pandangan, dan yang kedua memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya merupakan sekutu yang mesra; dan jika terpuruk ke dalam kesulitan dan keduanya bersekutu dalam cobaan; maka masing-masing akan mencela dan mencaci yang lain.

Hati Berkata kepada Mata

Hati berkata kepada mata,”Kaulah yang telah menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman itu, kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak sehat, kau salahi firman Allah,”Hendaklah mereka menahan pandangannya”, kau salahi sabda Rasulullah SAW,
“Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, yang akan didapati kelezatan di dalam hatinya”.(HR. Ahmad)

Umar bin Syabbata berkata,”Kami diberitahu Ahmad bin Abdullah bin Yunus, kami diberitahu Anbasah bin Abdurrahman Al-Qursy, kami diberitahu Abul-hasan Al-Madany, kami diberitahu Ali bin Abu Thalib RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Pandangan laki-laki terhadap kekelokan wanita adalah panah dari berbagai macam panah iblis yang beracun. Barangsiapa menghindar dari panah itu, maka Allah akan menggantinya dengan ibadah yang membuatnya senang.”

Lalu adakah yang lebih tercela dariapada orang yang terkena panah beracun? Apakah engaku tidak tahu bahwa tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia selain mata dan lidah? Tidak ada kerusakan yang lebih banyak daripada daripada kerusakan yang diakibatkan mata dan lidah. Berapa banyak kebinasaan yang disebabkan mata dan lidah? Berapa banyak sumber kehinaan yang muncul karena mata dan lidah? Barangsiapa yang ingin hidup bahagiadan terpuji, maka hendaklah ia menahan ujung pandangan matanya dan lidahnya, agar ia selamat dari bahaya, karena mata menyimpan kelebihan pandagan dan lidah menyimpan kelebihan bicara.

Nabi SAW telah menegaskan bahwa dua mata itu bisa berzina. Keduanya merupakan permulaan zina kemaluan, penuntun dan pendorongnya. Beliau pernah ditanya tentang pandangan secara tiba-tiba. Maka beliau memerintahkan orang yang bertanya itu untuk mengalihkan pandangannya. Beliau memberi petunjuk kepada yang bermanfaat baginya dan menghindari apa yang mendatangkan mudharat kepadanya. Beliau juga bersabda kepada Ali bin Abu Thalib,”Janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi”.

Inilah perkataan ulama,”Siapa yang mengumbar pandangannya akan menuai akibatnya. Siapa yang berlama-lama memandang, penyesalan juga akan terus berkelanjutan, hilang waktunya dan berkepanjangan deritanya”.
Seorang penyair berkata,
Mata yang beradu mata dalam pandangan
Adalah jalan kerusakan ke dalam hati
Beberapa saat terjadi peperangan
Hingga berlumuran darah dan mati

Penyair lain berkata,
Wahai kedua mata, kau nikmati pandangan
Lalu kau susupkan kepahitan ke dalam hati
Jangan lagi kau ganggu hati ini
Berbuat lalim dengan sekali tebasan

Sanggahan Mata terhadap Hati

Mata berkata,”Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan penuntun yang menunjukkan jalan kepadamu”.

Engkau adalah raja yang ditaati. Sedangkan kami hanyalah rakyat dan pengikut. Untuk memenuhi kebutuhanmu, kau naikkan aku ke atas kuda yang binal, disertai ancaman dan peringatan. Jika kau suruh aku untuk menutupi pintuku dan menjulurkan hijabku, dengan senang hati akan kuturuti perintah itu. Jika engkau memaksakan diriku untuk menggembala di kebun yang dipagari dan engkau mengirimku untuk berburu di tempat yang dipasangi jebakan, tentu engkau akan menjadi tawanan yang sebelumnya engkau adalah seorang pemimpin, engkau menjadi budak yang sebelumnya engkau adalah tuan. Yang demikian ini karena pemimpin manusia dan hakim yang paling adil, Rasulullah SAW, telah membuat keputusan bagiku atas dirimu, dengan bersabda:
“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula, dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati”.(HR. Bukhari,Muslim)

Abu Hurairah RA berkata,”Hati adalah raja dan seluruh anggota tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik, maka baik pula pasukannya”. Jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya para pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah karena kebaikanmu. Jika engkau rusak, rusak pula para pengikutmu. Lalu engkau lemparkan kesalahanmu kepada mata yang tak berdaya. Sumber bencana yang menimpamu ialah karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak menyukai firman, asma’dan sifat-sifatNya. Engkau berganti mencintai selainNya. Padahal engkau telah mendengar kisah pengingkaran Allah terhadap Bani Israil, karena mereka mengganti makanan yang ada dengan makanan lain yang justru lebih hina. Maka Allah mencela mereka: ”Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?”(Al-Baqarah 61).

Bagaimana keadaan pengganti cinta kepada Pencipta, Pelindung, dan yang menangani urusannya, yang tidak memiliki keberuntungan, kenikmatan, dan kesenangan? Bandingkanlah Allah dengan sesuatu yang engkau jadikan penggantiNya dan pengganti cinta kepadaNya. Apakah engkau ridha berada di jamban, sementara orang-orang yang mencintai Allah berkeliling di Arsy? Jika engkau menghadapkan diri kepada Allah dan berpaling kepada selainNya, tentu engkau akan melihat berbagai macam keajaiban, engkau aman dari bencana dan kerusakan. Tentunya engkau sudah tahu bahwa Dia mengkhususkan keberuntungan dan kenikmatan kepada orang yang mendatangiNya dengan hati yang bersih, atau bersih dari kemusyrikan, yang di dalamnya tidak ada cinta kepada selainNya dan hanya mengikuti ridhaNya.

Mata berkata,”Antara dosaku dan dosamu di tengah manusia seperti antara kebutaanku dan kebutaanmu dalam membuat analog.”

Allah telah berfirman tentang orang yang mengalami krisis, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.’(AL HAJJ 46)

Limpa Ikut Bicara

Tatkala mendengar deialog antara hati dan mata serta perdebatan mereka berdua, maka limpa berkata,”Kalian berdua saling bahu-membahu untuk menghancurkan dan membunuhku. Ada orang yang telah menggambarkan perdebatan kalian ini…
Mata menganggap hati menimpakan derita
Hatilah yang telah memaksakan kehendaknya
Namun tubuh menjadi saksi atas kedustaan mata
Bencana hati memang berasal dari mata
Andaikata tidak karena mata tak kan ada derita
Hati tak kan terkapar menjadi korbannya
Limpa merana sebagai korban yang teraniaya
Karena hati dan mata tidak tundukkepada Pencipta

Penyair lain berkata,
Kulemparkan cacian kepada hati
Karena kulihatbadanku kurus kering
Hati mengikuti apa yang diinginkan mata
Dengan berkata,”Engkaulah sang duta”
Mata berkata kepada hati,
“Justru engkaulah yang menjadi petunjuk jalan’
Limpa berkata,’Hentikan perdebatan ini’
Kalian biarkan diriku sebagai korban

Limpa berkata lagi,’Jika engkau tidak mendapat uluram pertolongan yang bisa mengubah hati dan pandangan, maka jangan harap akan ada ketenangan di hati.’Seorang penyair berkata,
Aku tak tahu mengapa kucerca cinta
Ataukah matamu yang tercemar ataukah hati
Mengapa kucerca hati yang bisa melihat
Hati yang berdosa jika kucerca mata
Mata dan hatiku membagi-bagi darahku
Ya Rabbi tolonglah mata dan hatiku

Limpa berkata lagi,’Jika engkau mengguyur hati dengan air cinta dari gelas-gelasmu, berarti engkau menyalakan api kerinduan kepadanya, lalu engkau membumbung naik bersama uap lalu jatuh ke bawah. Engkau yang pertama kali merasakan panasnya.

Hakim yang membuat keputusan diantara kalian berdua adalah yang menetapkan antara ruh dan jasad, jika keduanya saling berselisih. Dikatakan dalam sebuah atsar yang masyhur, “Pertentangan di antara makhluk senantiasa ada hingga hari kiamat tiba, hingga ruh dan jasadpun saling bertentangan. Jasad berkata kepada ruh,’Engkaulah yang menggerakkan aku, menyuruh dan membalikkan aku. Jika tidak begitu, tentu aku tidak akan bergerak dan berbuat seperti itu. Ruh berkata kepada jasad,’Engkaulah yang makan, minum, bergembira, dan merasakan kenikmatan. Maka engkaulah yang layak mendapatkan siksaan’. Lalu Allah mengirim seorang malaikat kepada keduanya untuk memutuskan perkara mereka, seraya berkata,’Perumpamaan kalian berdua adalah seperti orang melihat yang hanya bisa duduk dan orang buta yang bisa berjalan. Keduanya memasuki sebuah kebun. Orang yang bisa melihat berkata kepada orang buta,’Di kebun ini saya melihat ada buah-buahan tapi saya tidak bisa berdiri.’

Orang buta berkata,’Saya bisa berdiri tapi tidak bisa melihat sesuatupun’.
Orang yang bisa melihat berkata,’Panggullah aku lalu berjalanlah, agar aku bisa memetiknya’.

Lalu siapakah yang harus menanggung beban? Kedua-duanya yang menanggung beban. Begitulah gambaran keadaan kalian berdua.