Jumat, 14 Desember 2012

Layang-layang, Representatif Sebuah Kepemimpinan



Kepemimpinan, sebuah kata yang akan selalu kita temukan pada pribadi setiap orang. Terutama untuk memimpin dirinya sendiri. Dari kata itulah tersirat puluhan kata yang tersusun menjadi sebuah definisi. Menurut Dr Thomas Gordon, Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok, setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain, Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi. Jadi kepemimpinan itu adanya seseorang yang mengatur dan mempengaruhi orang lain untuk bekerja guna tercapainya suatu tujuan yang dicita-citakan.

Bila kita melihat dengan seksama semua kejadian disekitar kita maka tak sedikit kita akan menemukan filosofi sebuah kepemimpinan. Seperti Layang layang, mainan anak-anak yang masih populer sampai sekarang, walaupun sudah berganti tahun, permainan ini tidak pernah absen dimainkan oleh anak-anak setiap tahun, meskipun terkadang musim layang-layang tidak sepanjang dahulu. Akan tetapi permainan ini selalu menjadi trending topic di beberapa daerah dan kota wisata.


Apa untungnya bermain layang-layang? Permainan ini bukanlah sebuah permainan biasa, karena di dalamnya mengandung hikmah yang luar biasa, salah satunya adalah kepemimpinan. Layang-layang, mainan yang tidak kenal usia dan strata sosial, semua orang berhak untuk memainkan mainan ini. Seperti juga kepemimpinan yang semua orang berhak untuk mendapatkan dan menerapkan dimanapun dia berada, bukan hanya untuk orang kaya yang berkuasa sehingga orang kecil pun tertindas. Memainkannya pun tidak butuh pengkhususan umur, semua boleh memainkan apalagi sudah diperkenalkan sejak kecil. Tanpa kita sadari permainan ini akan membentuk diri kita mengembangkan potensial sikap kepemimpinan, mulai dari usaha dan kesabaran dalam menerbangkan layang-layang. Sebelum lebih jauh mengenal layang-layang, mari kita ketahui pembuatan layang-layang. Ingat dalam sebuah syair lagu

Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Dari penggalan syair diatas bisa kita lihat bagaimana rumit dan kehati-hatian prosen pembuatan layang-layang yang kita analogikan cikal bakal organisasi. Sebuah organisasi haruslah memiliki pondasi yang kuat seperti AD/ART, yang menjadi dasar pergerakan dari organisasi tersebut. Di lirik “kupotong sama panjang”, ini merupakan penyeragaman tujuan dan keselarasan dalam bertindak dari organisasi, yang akan mensinergikan elemen-elemen yang terdapat di dalam organisasi. Kemudian kalimat ketiga, dengan lirik “kuraut dan kutimbang dengan benang”, merupakan salah satu usaha untuk meraut atau memajukan organisasi, sehingga sejalan dengan tujuan yang dicita-citakan. Pada kata ”kutimbang dengan benang” memiliki arti keharusan organisasi untuk berlaku adil terhadap elemen-elemen yang berada didalamnya. Sehingga tidak ada kesenjangan sosial yang membuat berat sebelah dalam organisasi dan menghancurkan keselarasan organisasi. Setelah semua terpenuhi dan sesuai dengan proporsinya maka jadilah organisasi yang siap diterbangkan kapan saja.

Dalam konsep layang-layang, tidak dapat sebuah layang layang terbang tanpa adanya angin. Lalu siapa angin itu? Angin adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi layang layang agar dapat mengudara. Begitu juga organisasi, butuh tantangan agar organisasi itu dapat berjalan dengan lancar dan semakin tinggi eksistensinya. Percuma saja jikalau organisasi tanpa adanya tantangan atau masalah yang harus dihadapi. Organisasi itu tercipta karena adanya masalah, misal saja organisasi ACT (Aksi Cepat Tanggap), berdirinya organisasi ini dikarenakan adanya kemiskinan dan kelaparan saudara-saudara kita di Somalia dan negara miskin lainnya, sehingga tujuan pergerakan organisasi tersebut adalah membantu mengentaskan kemiskinan dan kelaparan di negeri tersebut. Jadi adanya organisasi karena ada masalah dan tantangan yang harus diselesaikan.

Dengan terbangnya layang-layang, kita jangan sampai melupakan siapa yang mengendalikan. Pengendali layang-layang adalah penerbang layang-layang, yang menjadi pilot dimana saja layang-layang akan terbang menantang angin. Penerbang layang-layang adalah sebuah pemimpin yang mengontrol dan menyetir ke arah mana layang-layang akan bergerak. Seperti juga dalam organisasi peran pemimpin sangat penting dalam menejemen organisasi. Sepak terjang pemimpin menentukan kemana arah organisasi berjalan apakah maju, tetap atau mundur. Semuanya tergantung dari pemimpin dan tim, keduanya tidak dapat terpisahan dan harus ada pengertian dalam pekerjaan. Misal saja desentralisasi tugas, pengambilan keputusan harus jelas, siapa yang berwenang dan menjalankan.

Berdasarkan konsep layang-layang, karakter pemimpin bisa di bagi menjadi 2 tipe. Pertama adalah tipe layang-layang Bali. Kalau kita berkunjung ke Pulau Dewata, tidaklah sedikit kita melihat orang bermain layang-layang. Layang-layangnya pun berbeda dengan yang dimainkan anak-anak di pedesaan atau di pinggir kota. Tampilan yang lebih elegan dan indah serta karakteristik yang menghipnotis, sehingga banyak orang dercak kagum akan kemegahan layang-layang Bali itu. Hal seperti ini juga bisa kita temui pada beberapa pemimpin. Pemimpin yang selalu menjaga wibawa dan pencitraan terhadap dirinya. Tampak sabar dan tenang, meskipun angin hujatan menerjang, tetap mementingkan pencitraan. Karena pencitraan itu menepis hujatan dan kritikan. Pemimpin seperti ini kurang berani untuk bertarung dengan lawan-lawannya. Sehingga jika ada lawan yang menghampiri maka lebih baik menghindar atau mencari alasan, sama seperti jika layang-layang bali diadu dengan layang-layang lain, biasanya pemilik menurunkan layang-layangnya dari pada kehilangan layang-layang(jabatan).

Tipe yang kedua adalah tipe layang-layang petarung. Layang-layang ini memiliki bentuk simple dan tidak terlalu megah. Bisa kita temukan di beberapa pedesaan atau pinggir kota dengan bentuk peresegi empat. Layang-layang ini sering dipakai untuk “ampatan” dengan layang-layang lain. Sehingga berani melawan musuh yang menyerang. Sifat seperti ini juga bisa kita temukan di beberapa pemimpin. Pemimpin-pemimpin yang tangguh tak gentar dengan ancaman dan hujatan. Berani membela hak-hak bawahan dan lebih mementingkannya. Setiap kali ancaman atau tantangan datang pemimpin tidak pernah takut untuk menghadapi meskipun berimbas kehilangan jabatan. Dari kedua tipe, tipe kedualah yang paling pantas disebut pemimpin. Dengan sifat yang rendah hati, sabar, merakyat dan pemberani terhadap ancaman intimidasi, pemimpin ini akan dapat memakmurkan dan mementingkan hak-hak rakyat dari pada dirinya.

Benang, komponen dari bermain layang-layang, komponenn ini merupakan komponen yang harus ada dalam permaianan layangan. Apa guna benang? Benang ini adalah alat penghubung, menghubungkan pemilik dengan melajunya layang-layang. Sehingga geraknya layang-layang tergantung dari instruksi pemilik. Benang yang bagus adalah benang yang kuat dan tahan terhadap serangan musuh. Bila terjadi putusnya benang maka putuslah sudah harapan pemilik terhadap layang-layangnya. Untuk itu memilih benang tidak boleh sembarangan dan asal karena benang merupakan urat nadi kehidupan layang-layang. Begitu juga dengan organisasi, benang tadi bisa kita analogikan seperti komunikasi. Dibutuhkan komunikasi yang baik dan tepat. Sehingga dalam penyampaian instruksi tidak berbelok makna. Kebanyakan kegagalan organisasi disebabkan karena minimnya komunikasi, perkara kecil yang tidak dikomunikasikan, menjadi perkara besar yang merugikan. Maka dari itu komunikasi harus selalu terjaga antara pemimpin dengan bawahan, sehingga pemimpin tahu apa maunya bawahan, dan bawahan tahu apa instruksi pemimpin. 

Gulungan benang, tidaklah mungkin pemilik layangan mengulur semua benang. Pastilah disediakan untuk cadangan. Cadangan inilah yang nanti akan menjaga keberlangsungan terbangnya layang-layang. Seperti juga organisasi, cadangan benang kita persamakan dengan regenerasi kader-kader organisasi. Jadi ketika ada satu anggota organisasi yang pensiun maka akan ada kader-kader yang mengisi.

Sering kita lihat para pemain layang-layang selalu mengulur menarik layang-layang. Ulur tarik layang-layang itu merupakan solusi dari kurangnya angin untuk menerbangkan. Meskipun ulur naik, membuat layang layang maju mundur, akhirnya layang-layang tetap dapat diterbangkan. Tidak dipungkiri seperti organisasi, pastilah ada masa maju dan masa mundur, tapi itu semua adalah proses guna tercapainya tujuan organisasi.

Semoga bermanfaat
Li’ilzam Nuur

2 komentar:

  1. analoginya itu lo .. keren abis :D
    saling tukar info gan : http://sulton-its.co.cc/

    BalasHapus
  2. salam ..
    jalan-jalan dipagi hari nih..
    dalam jiwa seseorang yang memiliki kepemimpinan sepertinya memang tak selalu berpikir bahwa yang dipimpinnya harus terus maju *atau terbang*, maju-mundur *tarik ulur* tetap menjadi dinamika, sebagai storming penguat kelompok.
    #soktau :D

    BalasHapus